WIHELMINA INDAH, - (2024) KANDUNGAN GOLONGAN METABOLIT SEKUNDER DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK BIJI KETUMBAR (CORIANDRUM SATIVUM) HASIL EKSTRAK MASERASI, SOXHLET DAN REFLUKS. Skripsi thesis, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.
Text
S_PSSF_A201030_Title.pdf Download (618kB) |
|
Text
S_PSSF_A201030_Chapter1.pdf Restricted to Repository staff only Download (250kB) |
|
Text
S_PSSF_A201030_Chapter2.pdf Restricted to Repository staff only Download (499kB) |
|
Text
S_PSSF_A201030_Chapter3.pdf Restricted to Repository staff only Download (353kB) |
|
Text
S_PSSF_A201030_Chapter4.pdf Restricted to Repository staff only Download (358kB) |
|
Text
S_PSSF_A201030_Chapter5.pdf Restricted to Repository staff only Download (178kB) |
|
Text
S_PSSF_A201030_Appendix.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
Abstract
Penelitian mengenai biji ketumbar telah menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung berbagai senyawa bioaktif yang berpotensi memberikan manfaat kesehatan, termasuk aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan berperan penting dalam menetralisir radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berkontribusi pada berbagai penyakit degeneratif. Oleh karena itu, ekstraksi senyawa-senyawa bioaktif dari biji ketumbar menggunakan metode yang tepat sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat golongan metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan biji ketumbar dari hasil tiga metode ekstraksi, yaitu maserasi, Soxhlet, dan refluks, yang dilakukan masing-masing terhadap 300 gram serbuk biji ketumbar menggunakan etanol 96%. Rendemen ekstrak hasil maserasi sebesar 4,7%, hasil Soxhlet 12,39%, dan hasil refluks 12,59%. Hasil skrining fitokimia menunjukkan tidak ada perbedaan kandungan metabolit sekunder di antara ketiga ekstrak, di mana masingmasing ekstrak mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, fenol, triterpenoid, dan monoterpen. Dari hasil pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, didapati bahwa persen inhibisi ekstrak hasil refluks lebih tinggi dibandingkan maserasi dan Soxhlet pada konsentrasi yang sama, menunjukkan efektivitas metode refluks dalam menghasilkan aktivitas antioksidan yang lebih optimal. Pada konsentrasi tertinggi (200 µg/mL), persen inhibisi ekstrak hasil refluks mencapai sekitar 83,32%, sementara metode maserasi dan Soxhlet masing-masing menghasilkan persen inhibisi sebesar 50,28% dan 56,54%. Persamaan regresi linear dari ketiga metode juga menunjukkan hubungan yang kuat antara konsentrasi ekstrak dan aktivitas antioksidan, dengan nilai R² mendekati 1. Perbedaan dalam aktivitas antioksidan ini menunjukkan bahwa metode ekstraksi yang digunakan mempengaruhi kemampuan ekstrak dalam menangkal radikal bebas. Penelitian ini membuka peluang untuk pengembangan teknik ekstraksi yang lebih efisien di bidang farmasi dan herbal, terutama dalam memaksimalkan potensi antioksidan dari biji ketumbar. ------ Research on coriander seeds has shown that the plant contains a variety of bioactive compounds with potential health benefits, including antioxidant activity. Antioxidant activity plays an important role in neutralizing free radicals that can cause cell damage and contribute to various degenerative diseases. Therefore, extraction of bioactive compounds from coriander seeds using the right method is very important to obtain optimal results. This study aims to see the secondary metabolite groups and antioxidant activity of coriander seeds from the results of three extraction methods, namely maceration, Soxhlet, and reflux, which were carried out on 300 grams of coriander seed powder using 96% ethanol. The yield of the maceration extract was 4.7%, the Soxhlet result was 12.39%, and the reflux result was 12.59%. Phytochemical screening results showed no difference in secondary metabolite content among the three extracts, where each extract contained alkaloids, flavonoids, tannins, phenols, triterpenoids, and monoterpenes. From the results of antioxidant activity testing using the DPPH method, it was found that the percent inhibition of the reflux extract was higher than maceration and Soxhlet at the same concentration, indicating the effectiveness of the reflux method in producing more optimal antioxidant activity. At the highest concentration (200 µg/mL), the percent inhibition of the refluxed extract reached about 83.32%, while the maceration and Soxhlet methods produced percent inhibition of 50.28% and 56.54%, respectively. The linear regression equations of the three methods also showed a strong relationship between extract concentration and antioxidant activity, with R² values close to 1. This difference in antioxidant activity suggests that the extraction method used affects the ability of the extract to counteract free radicals. This study opens up opportunities for the development of more efficient extraction techniques in the pharmaceutical and herbal fields, especially in maximizing the antioxidant potential of coriander seeds.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Biji Ketumbar, ekstraksi, aktivitas antioksidan, IC₅₀. ----- Coriander seed, extraction, antioxidant activity, IC₅₀ |
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) R Medicine > RV Botanic, Thomsonian, and eclectic medicine |
Divisions: | Program Studi S1 Farmasi |
Depositing User: | pustakawan - - |
Date Deposited: | 14 Nov 2024 02:35 |
Last Modified: | 14 Nov 2024 02:35 |
URI: | http://repository.stfi.ac.id/id/eprint/1495 |
Actions (login required)
View Item |